Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sesi Cerita | Hari Keberangkatan KKL (Kuliah kerja Lapangan) ke Bangkok

#Pengantar
Haha (pembaca belum sempat membaca, justru saya ketawa duluan, ya?). Hehe, tidak apa-apa.
Saya iseng membuka draft blog saya, ternyata saya pernah menulis pengalaman tentang keberangkatan KKL ke Bangkok.

Saya baru menyadarinya saat ini. Ya, hitung-hitung sebagai kenangan, saya coba publish sambil merapikan tata bahasanya.

Sayang sekali di draft saya hanya ada tulisan tentang keberangkatan KKL-nya saja. Catatan tentang hari-hari berikutnya tidak ada.

Setidaknya tulisan Sesi Cerita | Hari Keberangkatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke Bangkok ini bisa menjadi kenangan tersendiri.


#Bahasan
Pada zaman dahulu... (dibaca dengan nada kartun "Pada Zaman Dahulu." Haha, abaikan saja).

Tertanggal 17 Maret 2019, kami (rombongan satu angkatan beserta dosen wali) berangkat dari kampus PWK (di Tembalang) pada sekitar pukul 01.30 pagi. Pagi sekali, ya.

Kami menaiki tiga bus pariwitasa, via tol ke Bandara Soetta di Jakarta. Waktu tempuh kira-kira selama enam jam, dengan transit dua kali di rumah makan, dan satu kali di SPBU pada saat salat subuh.

Saya datang pada malam itu pada pukul 22.30, diantar oleh bapak dan ibu saya dengan mobil Hyundai Matrix mereka.

Begitu sampai di kampus, saya langsung mengunduh dan meng-install OS Linux. Kali Linux. Saya sempat mendengar bahwa ada isu tentang pengecekan orisinalitas Windows.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, saya berniat untuk mengganti OS laptop saya menjadi Linux.

Namun, ternyata gagal. Setelah proses instalasi selesai, booting laptop saya masih masuk ke Windows.

Karena sampai jam 01.00 pagi, usaha saya belum berhasil, akhirnya saya pasrah saja.

Sekilas saya cek, Windows saya punya tanda yang menunjukkan bahwa Windows saya asli. Tapi, karena saya membeli laptop ini di tukang servis, saya jadi khawatir kalau Windows saya bajakan.

Masih saja berusaha, selamat 30 menit awal sejak memasuki bus, saya masih trial and error untuk memecahkan masalah tersebut.

Tiga puluh menit berlalu, gagal juga. Akibat baterai laptop sudah hampir habis, akhirnya saya masukkan laptop, kemudian tidur saja.

Jam 04.20 kami transit di SPBU (saya lupa berlokasi di mana), untuk menunaikan salat subuh bagi yang menunaikan.

Pukul 05.00, kami mulai perjalanan lagi.

Pukul 06.00, kami transit di rumah makan. Sarapan.

Pukul 10.00 kami transit lagi untuk makan siang. Bagi saya, jam 6 sarapan dan jam 10 sudah makan siang lagi, adalah waktu makan yang sangat dekat. Pada sore hari, akhirnya saya sudah merasa lapar lagi.

Kami sampai di Bandara Soetta, pada sekitar pukul 11.00. Paspor dan bagasi kami dikolektifkan, kemudian boarding pass dibagikan.

Setelah itu, kami menunggu (free time) sampai dengan pukul 14.00 siang.

Demi memanfaatkan waktu luang tersebut, saya berpikiran untuk mengobservasi fasilitas Bandara Soetta. Terutama skytrain. Saya mencoba skytrain dari terminal 2 ke terminal 3, kembali dari terminal 3 ke terminal 2.

Kesan saya? Saya baru pertama kali melihat model kereta dengan model ban truk. Setidaknya mirip ban truk. Sistem bahan bakar skytrain tersebut menggunakan listrik, yang dialirkan/di-supply melalui rel.

Jika mati lampu, maka operasional skytrain dapat terkendala. Setidaknya ini adalah informasi yang saya dapat saat saya iseng bertanya pada security yang bertugas mengawal penumpang di dalam skytrain.

Sepulangnya dari fasilitas skytrain, saya bertemu Daffa. Ia adalah salah satu teman seangkatan saya, (berbeda kelompok tema KKL). Daffa bertemu saya dengan memakai sandal yang putus, karena diinjak oleh Rani, yaitu salah satu teman seangkatan kami yang suka bercanda. Hehe.

Dalam konteks rombongan KKL, saya dan Daffa kebetulan hanya berdua saat itu, walaupun di sekitar kami ramai dengan orang berlalu-lalang yang tidak kami kenal.

Akhirnya, saya meminta Daffa untuk duduk dulu di bangku, di luar gedung bandara. Sebab jika Daffa tidak memakai alas kaki kemudian memasuki bandara, maka saya khawatir jika Daffa akan dikira sebagai gembel. (Haha, maafkan saya, Daffa. Saya belum menemukan istilah yang lebih halus untuk ungkapan ini.)

Saya mencoba untuk membelikan Daffa sandal di Alfamart, di dalam gedung bandara. Rupaya tidak ada sandal dewasa. Hanya tersedia sandal anak-anak. Saya mencoba ke Indomaret, syukurlah dapat seharga Rp20.000-an. Sandal Swallow. Setidaknya saya melihat kebahagiaan Daffa, saat bisa menggunakan sandal lagi.

Kami kembali ke meeting point di terminal 2. Kira-kira 5 menit berjalan kaki, dari lokasi putusnya sandal Daffa (di dekat stasiun skytrain).

Kami check-in pada sekitar pukul 14.30, kemudian berjalan dan menunggu di waiting room dekat boarding gate. Sekitar pukul 16.00, garbarata dibuka.

Kami masuk pesawat dan duduk di seat kami masing-masing. Pesawat lepas landas tidak lama kemudian, mungkin kira-kira 20 menit sejak kami masuk.

Selama di pesawat, saya mematikan ponsel. Juga menikmati hidangan nasi lemak, walaupun kurang fresh rasanya.

Kami sampai di Bandara Don Mueang di Bangkok, Thailand, pada pukul 20.00. Saat kami turun, kami menuju ke imigrasi. Kemudian ke pintu keluar, dan disambut oleh tourguide tiap bus.

Kami memasukkan bagasi ke dalam bus, kemudian menikmati perjalanan menuju hotel Thompson Huamark. Tour guide kami sangat menyenangkan dan banyak bercerita. Tentang asal-usul bahasa Thailand, tentang Thailand sebagai satu-satunya negara di dunia yang tidak pernah dijajah, tentang bahasa Thailand untuk "Apa kabar", "Terima kasih", dan "Toilet", tentang lokasi hotel, dan tentang macetnya jalan utama di Bangkok saat itu karena ada pembangunan MRT.

Kami sampai di depan hotel pada sekitar jam 22.00. Ada pembagian kunci kamar, dan antre lift menuju kamar.

Perut saya masih kelaparan pada saat itu, karena porsi makan sore di pesawat yang sangat kurang bagi perut saya.

Setelah saya mandi dan salat, saya mencoba mencari makan ke KFC dan minimarket terdekat. Di dekat hotel kami, Thompson Huamark, terdapat minimarket terdekat yaitu Family Mart.

Ada mie gelas, roti, softdrink, dan makanan ringan lainnya di sana. Saat proses transaksi, tidak ada percakapan empat mata. Saya hanya melihat nominal harga yang tertera, dan asal memberikan uang 100 Bath saja, serta manggut-manggut. Hehehe, harap maklum ada barrier bahasa. Momen keluyuran ini berlangsung dari sekitar pukul 24.00 sampai 01.00 pagi.

Sesampainya di hotel, saya terkunci di luar. Tiap kamar di hotel kami, punya sistem pintu yang otomatis terkunci jika ditutup. Dan harus ditempel dengan kartu hotel jika ingin membukanya dari luar.

Kebetulan teman sekamar saya, Rifqi (saya akrab memanggilnya "Mas Rifqi"), ketiduran di dalam dan terpaksa saya mengungsi sejenak di kamar lain.

Padahal ada tongsis dan figura foto dosen untuk persiapan gala dinner yang ingin saya ambil di dalam. Saya tidak membawa kartu pass kamar, karena memang dititipi pesan oleh Mas Rifqi agar tidak membawa kartunya. Tidak apa-apa, sepertinya Mas Rifqi saat itu kelelahan.

Sembari menunggu, kebetulan juga ada rapat sie acara untuk persiapan gala dinner. Menyiapkan selempang award (selempang jajanan, selempang tisu, selempang kopi agar lucu), untuk gala dinner.

Rapat usai jam 02.00 pagi, atas request dari banyak pasukan sie acara yang mengeluh karena kantuk. Kami kembali ke kamar masing-masing.

Untung saja Mas Rifqi sudah bangun, dan mencari saya ke kamar rapat sie acara.

Alhamdulillah, saya tidak jadi terkunci. Saya segera masuk kamar dan terlelap tidak lama kemudian.


#Penutup
Hari keberangkatan ke Bangkok menjadi berkesan, karena ada kejadian sandal Daffa yang putus dan terkunci di luar kamar hotel. Haha. 

Walau hanya ada draft ini saja terkait kisah KKL di blog saya, semoga tulisan Sesi Cerita | Hari Keberangkatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke Bangkok cukup untuk bahan nostalgia bagi saya di lain waktu.

Semoga Pembaca juga senyum-senyum sendiri saat membaca kisah ini, ya.


Terima kasih.
Tertanda, Abdurrahman Zaki.

Posting Komentar untuk "Sesi Cerita | Hari Keberangkatan KKL (Kuliah kerja Lapangan) ke Bangkok"